Istighatsah
February 3, 2010Bicaraku tentang Hantu dan Puaka
March 14, 2010Sumbangan dari: Attholib – [email protected]
Ombak penyaksian bergulung-gulung,
Membawa cerita kesempurnaan,
Berulang-ulang ia bercerita,
Namun tiap kali ia menutup kalam,
Aku terlepas mana yang hujung, mana yang pangkal.
Mengapa ombak sentiasa berubah?
Ada kalanya ia bagaikan sang raja rimba,
Ngaumannya saja bisa membuat pelanduk hilang selera,
Ada kala ia bagaikan sang katak,
Bersembunyi di bawah tempurung,
Dengan harapan dia bisa terselamat jika langit mulai runtuh.
Perlukah aku merasa curiga dengan cerita ombak?
Yang tiada lain hanya menafikan dirinya sendiri..
Aku bukannya ombak.. Aku bukannya ombak.. kata sang ombak,
Bagai lulucon murahan,
Berbasa-basi dengan ketuanan cahaya suci,
Yang bisa saja meranap segala macam cerita,
Atau bisa juga mengiyakan cerita sang ombak,
Walau bagaikan menunggu kucing bertelur,
Masih lagi ombak mengulang-ulang cerita yang sama.
Para hakim di daratan telah memutuskan ombak tetap ombak,
Walau diwarnakan dengan apa warna sekalipun,
Walau disepuh dengan emas tulin sekalipun,
Tetap ia ombak, tetap ia bergulung-gulung..
Tetap ia ombak..
Ingin sekali aku mempercayai kata ombak,
Kerana mimpi bersulam keindahan, ketulusan, dan kedamaikan,
Hanya di situ mampu memberi aku segala-galanya,
Hanya di situ bisa aku tidur lena,
Tanpa risau jika esok tiada lagi bagiku.
Wahai samudera raya,
Adakah kau mengiyakan kata-kata sang ombak,
Atau kau sebenarnya menidakkannya,
Atau kau sebenarnya tidak ambil peduli?
Samudera beransur surut takala mentari mulai beradu,
Ombak yang tadi tidak putus-putus memukul pantai,
Hilang entah kemana,
Dan kini aku faham,
Benarlah kata sang ombak,
Ia bukannya ombak..
Ia bukannya ombak..